Powered by Blogger.

Di Depan Sebuah Lukisan

>> Wednesday, September 17, 2014

Nyoman Sukaya Sukawati


Sebuah jalan menghilang di ujung
Di antara tembok dan atap suram
Lalu seseorang beringsut di atas kereta kuda
Memintas bulan sabit kuning: Adakah ia pencuri malam
Menyelinap memasuki rumah cinta?

Di bawah langit menggelap, malaikat bersayap
Melayang seperti boneka tergantung di kamar kanak-kanak
Meniup terompet melagukan nyanyian luka
Yang mengeras jadi garis tirus di wajah
Mengingatkan pada jalan setapak hutan musim panas

Di kamar ini, apa arti kesenyapan itu
Juga beragam warna dan rasa heran tercampur-baur
Dengan imajinasi tak selesai di sudut-sudut ruangan
Di bawah bayangan meja, aroma seikat mawar, atau kokok ayam jantan
Yang selalu hadir menegaskan kehampaan ini?
Itukah puisi? Kalimat kecil yang menandai
Gerimis tangis yang menyungai dalam mimpi buruk kita
Di malam pengantin sunyi?

Sesosok tubuh lalu menggelepar mirip penari
Bangkit dari lamunan lalu sebuah tangga
Disandarkan di dinding langit
Seperti sedang membuka halaman peta
Jalan rahasia menuju pulang

Berapa sudah tercatat lewat cahaya
Yang menerobos jendela-jendela kamar loteng
Jejak-jejak pencuri yang mengambil mimpi-mimpi kita?
Maka, pulanglah, katamu, pulang ke rumah asal
Sebelum ihwal kehilangan itu
Memadamkan sungai-sungai biru di bawah jembatan
Mengubahnya jadi luka menganga di benak malam kita


0 comments:

Post a Comment