Terminal Ubung
>> Thursday, September 18, 2014
Ketut Suwidja
Agus
Saudaraku Agus
Agus Vrisaba
Di sini terminal pemberhentian
Terminal awal tancap gas
dengan kaki kaki kukuh
atau gemetar
Perseneling disentuh
dengan tangan tangan semutan
Saudaraku Agus
menerungkan perjalanan ini
semoga tanpa akhir
kata penyanyi pop kini
Sementara aku merenung
apa saudaraku sowan
ke gunung Ardilaya
mendengarkan
sebuah lagu gaib
tersembunyi bagaikan
kegaiban hatimu kini
Karet
Tanah Kusir
Mengapa mereka yang terlentang
dibelenggu keadaan
dunia nyata dan akhirat
Aku menuntunmu
dan mengikuti jejakmu
kemanapun Saudaraku pergi
Memandangi celanamu
yang longgar
dan topi peneduh
dengan bekal ala kadarnya
ketika aku menelusuri jejakmu
dalam desah bagai air
atau semak dan ranting
bagai himbauan angin
di hutan hutan beton
Tawangmangu atau Tirtonadi
Agus
Saudaraku Agus
Agus Vrisaba
Malam gerah dan malam dingin
di terminal ini sama saja
dibentuk oleh keadaan
Menurut sekehendak-hendak hati mereka
bakul jamu atau wts
atau perempuan
gedongan sama saja
sebagai mahluk tempaan
terinfeksi oleh zaman
Senantiasa tak puas
seperti berkah disarati kutukan
Kini hatimu perih
mendengarkan
lantunan lagu lirih
dari warung nasi Rogojampi
Sementara sopir sopir
dan kenek kenek
terkencing kencing
di ban mobil
sama saja
Mengantar gelisahmu
menggerakkan kakimu
ke mana saja ingin pergi
0 comments:
Post a Comment