Membaca Nama-nama
>> Thursday, September 04, 2014
Frans Nadjira
Berlatar marmer hitam
nama-nama dicat warna emas
Seperti topeng cahaya
bergerak dalam kegelapan.
Tanpa suara
melangkah ringan di tanah perbatasan
Menatap hampa
Debu bergayut berat di matanya.
Nama-nama membagi
kartu duka tak terbaca
Luka-luka pucat
meraba dalam gelap. Usia muda
Pohon-pohon hening
menyanyikan lagu sendu.
Semua sudah berakhir.
Rasa haus dan tetes embun
Jalan-jalan berumput
Berbercak darah dan serpihan
daging hangus
berpencaran dalam kelam malam.
Aku mencari namaku
di antara tiga ratus nama-nama bisu
Di antara topeng-topeng pelangi
di langit yang melepuh.
Pelangi di langit malam
Pelangi di ujung kelam
Menarikan tarian lebah
dan kucing jantan yang berahi.
Di sekeliling jembatan rapuh
kunang-kunang membawa
aroma hutan sehabis hujan
Terbang bergetar
menyebut nama-nama berwarna emas.
Dan mawar melangkah diam
Di deretan nama-nama itu.
** Sajak ini pernah dimuat di Kompas Minggu, 15 Februari 2009
0 comments:
Post a Comment