Powered by Blogger.

Frans Nadjira

Di masa kecil, kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, 3 September 1942, ini pernah secara diam-diam mengambil kartu pos bergambar Rembrant dan Vincent van Gogh dari kotak surat seorang Belanda. Saat itu ia juga menemukan reproduksi lukisan Wassily Kandinsky di tong sampah. Karya-karya maestro dunia itulah yang secara tanpa sadar telah membawanya  mencintai seni lukis dan mendorongnya bersekolah di Akademi Seni Lukis Indonesia (ASLI) Makassar selama setahun. Selanjutnya ia merantau ke Kalimantan Utara, lalu Filipina sebagai buruh dan pelaut sembari mendalami seni lukis dan sastra.

Pada dasawarsa enam puluhan Frans bergiat pada kalangan sastra dan seni di Jakarta. Pada 1974 ia pindah ke Denpasar, Bali sebagai pelukis dan memilih metoda seni lukis otomatis (psikografi) yang ditekuni hingga sekarang sekaligus melakukan berbagai kegiatan pengembangan sastra di Bali.

Irama, gerak, komposisi, dan warna menjadi roh dalam karya-karyanya. Ia merumuskan laku berkeseniannya dengan “otomatisme” yang dipengaruhi oleh Kadinsky. Bedanya, ia percaya dengan otomatisme pada tangan, yang menyapukan kuas, digerakan oleh kekuatan kosmik, “Lukisan lahir dari kekuatan kosmik lewat tangan pelukis”, ujarnya. Pandangan itu membuat lukisannya seperti bergerak, saling membelit, menciptakan asosiasi-asosiasi berbagai bentuk yang tercipta dari naluri purba yang berasal dari kedalaman jiwa.

Sebagai  sastrawan, pada tahun 1979 Frans mendapat grant dari Pemerintah Amerika Serikat untuk mengikuti program penulisan kreatif International Writing Program di University of Iowa, Iowa City, Amerika Serikat.

Tulisan-tulisan Frans Nadjira pernah dimuat di berbagai media luar maupun didalam negeri. Selain itu, sejumlah karya puisi dan cerpen Frans Nadjira juga telah dimuat dalam buku antologi bersama seperti: Terminal, Laut Biru Langit Biru, Puisi Asean, The Spirit That Moves US (USA), Tonggak, On Foreign Shores, Ketika Kata Ketika Warna, Teh Ginseng, A Bonsai’s Morning, Horizon Sastra Indonesia dan beberapa buku apresiasi Sastra Indonesia.


Read More..