Powered by Blogger.

Rahim Buat Puisi

>> Thursday, November 06, 2014

Frans Nadjira


: kado untuk Umbu

Cuaca telah berubah
sejak jendela orang-orang miskin
       tak dapat dibuka.
Aku bersandar di dinding hampa
Malam mendirikan benteng kokoh
Antara dunia dan diriku.

Kunang-kunang telah menyalakan
     lentera dan kandil-kandil
Udara dingin dan kering.
Sebatang pohon memeluk cahaya bulan
Di tirai samar cabang-cabangnya.
Seperti api yang memendam sejuk nyalanya
Umbu membacakan sajak-sajak gumam.
Masuk ke mimpi-mimpi tak berpintu
Masuk ke relung-relung petir malam.

Umbu, puisi rindu teduh rahim
Puisi ingin menulis di bukit-bukit terjal berbatu.
Penyair hanya pencatat kata-kata penderita vertigo
Tersesat di antara sunyi tidur
Terjebak di lorong-lorong gelisah malam hari.
Sepasang mata menatap riak halus puisimu
Huruf-huruf penderita delusi
Tercenung di rahasia kata-katamu.

Kau dengar teriakan orang-orang miskin itu?
Mereka adalah seribu burung camar
Menukik ke dasar jantungmu
Menyelam ke palung terdalam mimpi-mimpimu.

Di pusat mimpi liar itu
Kita berdiri sepanjang malam
Menyaksikan orang-orang lapar
Mengunyah lumat tubuh mereka sendiri.

Sampai kapan kita bisa diam, Umbu?
Sampai kapan?
Indonesia, apa yang telah kau perbuat pada mereka?
Mereka lapar
Mereka tersedak dalam angin malam.

Lihat wajah mereka    Lihat sinar mata mereka
Mereka tidak bicara    Mereka tubuh cahaya.
Perut mereka adalah luka bakar    Luka cuka
Luka pecahan kaca di jalan-jalan.

Mari Umbu, kita peluk mereka dalam sajak
Kita bongkar kuburan tak bertanda.
Kau hidupkan mereka dalam sajak-sajak airmu
Aku bangkitkan mereka dengan sajak-sajak apiku.

2014

0 comments:

Post a Comment