Powered by Blogger.

Sajak Anak Tuhan

>> Friday, July 10, 2009

-Buat HSH Adnan

Ketut Syahruwardi Abbas


Puisi tak pernah menghukum.
Ia buat aku jadi seperti anak tuhan
:melenggang di atas riak dan buih,
menyumbat segala yang pantas.
mengubah laut jadi air mata.


Maka biarlah anak tuhan ini tetap
menulis debar jantung di reruntuhan
kelopak kering kembang perdu. Melukis
senyum sederhana anak-anak manusia.
Atau membiarkan semua sepi. Juga puisi
hening sujudmu di malam tak berbunyi.

Yang lamat itu suara hati. Tentang hari
terhempasnya arti. Tentang seorang lelaki
yang terlunta di jalan-jalan tak bernama
:memeluk ranggas pohon dan mencoba
berkata, “Ini rumah para bidadari. Mari
santap malam, dilayani dewi-dewi.”
Padahal angin cuma mengelus dahan
kering. Sebentar lagi lapuk dan gugur.

0 comments:

Post a Comment