Powered by Blogger.

Ketut Syahruwardi Abbas

>> Friday, July 10, 2009

DARI BANGSAL RS


Kembang merah hijau
baru saja dikembalikan ke ruangku
setelah bau karbol dan larutan bening
nyusup ke urat-urat.
Kubayangkan senyummu.


Begitu sering nyawa putus di sini.
Mungkin dengan selingan gurau kecil
para dokter dan perawat elok
atau tangis pura-pura sanak keluarga
yang lelah mengantar penganan
atau beli obat di apotek. “Mahal!”

Tubuh renta teronggok bagai boneka
rapuh. Kabel dan selang mengantar
harapan atau mencegah keputusasaan
saat garis hidup begitu getas. Maka
yang menghibur adalah kesangsian
apakah engkau akan menjenguk
senja ini. Atau tinggal menunggu
telepon dariku dan cekcok biasa:
“Pulang saja, tubuh tua yang rapuh.”

Di luar jendela yang kusam
kulihat gerimis dan kelam di langit.
tak ada pintu terbuka di sana. Aku
bayangkan tubuhku megambang
tak temukan jalan. Pulang ke mana?
Tak ada tangan terentang, tak ada
senyum sambutan. Hanya kilat.

Mungkin baik juga mengenang
kematian saat kembangmu tiba.
Merah hijau. Pot kecil. Terhalang
ransum tak bergula, tak bergaram.
Siapa tahu kematian memang hanya
semacam nasi putih dan tempe rebus.
Siapa tahu kematian hanyalah kelopak
kembang yang jatuh ke lantai berkarbol.
Biasa saja. Tanpa genderang tanpa apa.

0 comments:

Post a Comment