Powered by Blogger.

Luka Sadap

>> Saturday, August 08, 2009

: Silsilah buat penyair Sindhu

oleh Riki dhamparan putra


Darimana puisi?
Dari Amir Hamzah kepada Chairil Anwar
kepada Frans Nadjira kepada Warih, Fajar Arcana,
GM Sukawidana, Sindhu Putra, Sthira, Suantha, Arthawa,
Adnyana Ole dan Yoki sedikit
Mana lainnya? Lainnya adalah liga perempuan
Kecuali Okawati Sidemen dan Oka Rusmini
Rata – rata kurang semangat pada koran nasional
Dan tak begitu suka makan pecel lele Surabaya


Warih menurunkan Jengki
Jengki kemudian menggosok Vivi Lestari dan Pranita Dewi
Sedang yang muda – muda masih calon korban

Di mana Raudal? Dua tahun datang dia hijrah ke Jogja
berbekal surat Pak Umbu
Menikahi Nurwahida Idris di Loloan
Lantas pulang ke Lansano sebentar
Tak lama terdengar kabar, Raudal pulang ke akar

Aku tak tau
Apakah selama pulang itu Raudal
mengingatku kawan sekampungnya?
Selama di perantauan kami sama terasing sama lapar
sama sama tidur di satu bantal
Aku tak tau
Apakah ia masih ingat
di mana aku pernah membuang sajak – sajakku ?
Kami memang lama berteman
Tapi kemudian memutuskan untuk pergi
dari diri masing – masing

Walaupun lambat serupa keong
Aku terus berjalan
Aku berjalan untuk melupakan cermin yang dulu mengambil
ruhku di suatu malam yang tak kuingat tanggal harinya
Cermin yang belum kupecahkan
Tapi aku sudah menerima lukanya

Luka yang membawaku berjalan untuk
bertemu Umbu Landu Paranggi
Luka yang sama diderita oleh kang Acep, mas Alwi
dan para penyair serius
Luka yang terus kuhibur di dalam harapan kepada cinta
kepada sebuah rumah tangga bahagia,
pekerjaan tetap, hadiah Nobel dan rakyat yang makmur

Dari Amir Hamzah juga kiranya
Tapi melalui kehidupan aku telah pulih
sedikit demi sedikit

April 2008

nb: Luka Sadap merupakan ungkapan yang saya ambil dari sebuah sajak Sindhu Putra. Lalu saya mengembangkannya menjadi Ranji ini dan tidaklah sempurna. Karena beberapa penyair seperti IDK Raka Kusuma, Nyoman Wirata, Hartanto, Nuryana Asmaudi, Arif B Prasetyo tampaknya tidak mengambil garis langsung dari Frans Nadjira. Kebanyakan merasa dari Umbu walau sebenarnya Umbu hanya menjalankan peran sebagai redaktur budaya.

1 comments:

Gm. Sukawidana 4:32 PM  

sebenarnya pertemuan kami dengan frans nadjira adalah setelah diobok-obok uztad Umbu. Kalau yoki barulah produk proses kreatifnya dimulai dg frans nadjira, itu pun baru sebatas sebagai penikmat dan jagoan ngomong. yoki baru muncul setelah menggesek senar gitarnya dengan memusikalisasikan sajak-sajak uztad.

Post a Comment