Wageningen
>> Thursday, August 13, 2009
Oleh: IAO Suwati Sidemen
sepasang capung mengenakan sayap sepuhan
membakar peta
bagi kera bermata biru
merajut dua jembatan akar
lewati sungai nanah
yang amisnya memerihkan pori iga
dari bintik noktah itu nanti
lahir empat mata air
dan terakhir harumnya
seperti kemenangan ajal
apa yang kau bayangkan tentang kematian tiba-tiba?
asap daging musim panas
menyangkut di kepala putik bunga pagar
dari jendela rumah jompo
dua orang wanita duduk
meminjam parau suara angsa
menghitung umur
“perciki aku embun ilalang
sebab telah kau pinang aku
dari rumpunku
sepasang sembilu tumbuh menghijau
aku menjelma ilalang
padangku bertukar
duri cinta lembut
melukai
meninggalkan nanah berbatu
aku menitis dalam rohmu
ditahbiskan sebagai cinta”
0 comments:
Post a Comment