Powered by Blogger.

Tentang Janji Ole

>> Tuesday, October 21, 2014

Atra Senudin


"Tentang Janji" merupakan salah satu puisi Adnyana Ole dalam buku kumpulan puisi Dongeng dari Utara. Puisi ini menarik diulas pada konteks sekarang meskipun telah lama ditulis yakni pada tahun 1994.

Dalam puisi "Tentang Janji" ia menulis: cuma karena laut/ mesti bersatu/ haruskah tanah ini/ kita bagi? Di sini, dengan sangat peka dan jeli Adnyana Ole seperti sedang membaca situasi sosial politik sekaligus meramalkan dampaknya. Dengan bahasa yang lugas, Adnyana Ole menggunakan dua metafora yang dekat dengan kehidupan masyarakat Bali; laut dan tanah. Kedua metafora itu lahir sebagai dua kelompok besar yang memiliki kepentingan berbeda. Sedangkan penggunaan sapaan “kita” yang dipilih adalah perwakilan kaum akar rumput yang seringkali menjadi korban dua kelompok tersebut.

Read More..

Sampek Eng Tay dari Banyu Ning

>> Monday, October 20, 2014

Made Adnyana Ole

terkenang: wayan sujana jedur


Kau tutup usia
seperti kaubuka drama cinta itu
dengan kerendahan hati
           serta kata maaf yang sangat merdu

Lalu, seluruh tirai digantungkan di tiang latar
Tali-temali direntangkan dengan tarikan nafas

Read More..

Cupak Tanah Putu Satria Kusuma

Made Adnyana Ole


Ajak aku bermain tanah, Putu
Agar tak habis hina dalam diri hamba

Tanah yang tinggi. Kita berdiri di puncak
Kaurentangkan sebelah tangan seperti lengan pohon
yang memanjang di udara
Di bawahnya kota. Dan rumah kita terselip di sana

Read More..

Made Adnyana Ole

>> Saturday, October 18, 2014

Lahir di Marga, Tabanan, Bali.  Sempat bergabung dengan sejumlah penyair Bali di Sanggar Minum Kopi (SMK) dan kemudian mendirikan Yayasan Selakunda di Tabanan. Lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Dwijendra, Denpasar, ini pernah bekerja di Jakarta menjadi wartawan Nusa Bali Beberapa kali memenangkan lomba penulisan puisi dan cerpen di Bali maupun tingkat nasional. Puisi dan cerpennya dimuat di sejumlah media massa, seperti Bali Post, Nusa, Suara Karya, Jawa Pos,

Read More..

Metafora Alam Bali dalam Puisi-Puisi Made Adnyana Ole

ALAM Bali memang tak pernah habis digali sebagai inspirasi untuk menciptakan karya-karya seni. Seniman dunia, seniman nasional dan seniman lokal, baik penari, sastrawan, dramawan atau pelukis, seakan terus berebut untuk menangkap detil-detil keindahan sekaligus persoalan-persoalan yang terjadi di Pulau Dewata. Mulai dari Walter Spies, Arie Smit, Antonio Blanco, hingga Rendra dan Sardono W Kusumo.

Read More..

Perempuan Di Tepi Buyan

Made Adnyana Ole


Kaukira perempuan itu hendak bunuh diri
Ketika lumut di lengan pohon berguguran
ia memasang tali sapi
pada cabang tertinggi
pohon kroya yang ditinggalkan gerimis

Read More..

Dongeng Dari Utara

Made Adnyana Ole

 
Di utara, Ibu
Kebun kaktus, hutan bersuara liar
Punggung bukit hitam. Orang-Orang Atas  
                            memburu titik lampu
Sembunyi seperti bintang sesat
di atas langit jatuh, puing kota

Read More..

Upacara Penguburan Daun-daun

>> Friday, October 17, 2014

Nanoq da Kansas


memberi arti bagi sekuntum bunga
apa yang diserahkan cuaca
         kecuali harumnya?

wahai, daun-daun gugur
kutanam engkau di kegersangan sejarah ini

Read More..

Malam Cahaya Lampion

>> Thursday, October 16, 2014

Tan Lioe Ie


Lampion. Tarian naga bersayap
       di tanah ini. Tanah hidupku
Tempat angin pertama menyentuh.

Matamukah setajam silet
       mengulitiku. Kesurupan

Read More..

Sungai Mississippi

Frans Nadjira


1
“Mesin, berikan kartu nasibku hari ini”
kataku sejam lalu
sewaktu menekan tombol sebuah kotak
Tapi yang meluncur ke luar
sebuah kapal es krim. Begitu sempurna.

Read More..

“Saiban” 5 Besar Kusala Sastra Khatulistiwa 2014

Setelah melalui proses seleksi yang cukup panjang, Panitia  Kusala Sastra Katulistiwa ke-14 menetapkan lima karya unggulan peraih Anugerah Kusala Sastra Khatulistiwa. “Saiban” karya Oka Rusmini termasuk di antara lima karya unggulan pada kategori puisi.
Adapun karya unggulan lainnya dalam kategori yang sama adalah “Tanda-Tanda Yang Bimbang” (Ook Nugroho), “Rusa Berbulu Merah” (Ahda Imran), “Piknik Yang Menyenangkan” (Hasta Indriyana), dan “Tetralogi Kerucut” (A. Muttaqin)

Read More..

tentang namaku

Nanoq da Kansas


sekali waktu ada yang menamaiku si mirip  penyair. atau
di lain tempat dijulukinya aku si pemuja bintang dini hari
padahal aku hanyalah diriku setelah tadi dan sebelumnya nanti.

oi, baiknya mereka memberiku nama-nama
dan betapa kaya imaji tentang diriku. bahkan

Read More..

Inaq Beleq, Tanganmu Menyimpan Api


Sindu Putra


Inaq Beleq, adakah tanganmu
masih menyimpan api
:ajari aku menanak
seluruh tubuhmu menjadi sawah
:tunjuki aku bercocok tanam
menanam beaq ganggas
di tempat paling gelap

Read More..

Tinggalkan Aku Sementara

>> Wednesday, October 15, 2014

Muda Wijaya


         begitu sendiri
         hanya mencatat segaka sunyi

tinggalkan aku sementara
dalam kenikmatan kematian
                yan perlahan mendekat.
segala arwah telah menemani ajal
dan dulu aku yang terlahir
terlanjur girang menendang
segala rahim milik ibu
apa lagi rahimmu yang memanggil

Read More..

Sajak Kartu Tiga

Oka Rusmini


sepotong ranting menyentuh kening kita
anak-anak berlari, tawanya melukai warna rumput
aku berlindung di harum rambutmu
yang asing
         dingin
         agak liar
sesekali kautawarkan ladang-ladang tandus
tak pernah kautahu

Read More..

Cok Sawitri: "Puisi Bukan Sekadar Barisan Kata Indah"

Cok Sawitri
Laporan: Ida Ayu Made Sadnyari (Tribun Bali)

NODA di bibir cangkir kopi nampak mengering. Secangkir kopi panas berganti dingin, tiada aroma tercium hanya terlihat semut mengerumininya.

Perempuan bercelana panjang selutut, duduk berhadapan dengan laptop dan dikelilingi buku-buku novel, cerpen, dan puisi, yang semuanya tertera nama penulis, Cok Sawitri.

Perempuan inilah Cok Sawitri, demikian seriusnya berkarya dan seluruh perhatiannya tertuju pada penyelesaian rekaman dokumentasi puisi yang saat itu sedang digarap.

Read More..

Bagian Dari Dunia

Sthiraprana Duarsa
     

           Seorang gila
                  atau pengembara
Kabut yang berjatuhan sepanjang jalan
Mendinginkan udara Oktober
Burung-burung membakar sayapnya dalam matahari
Memberikan api dalam tanganku agar tetap menyala

Aku bertanya ke dalam diriku
Seorang gila

Read More..

Nyoman Manda Tulis Enam Novel Sejarah

>> Tuesday, October 14, 2014

Jodhi Yudono

DENPASAR, KOMPAS.com--Nyoman Manda (73), sastrawan Bali kelahiran Gianyar, selama tahun 2010 tercatat menulis enam novel sejarah yang tiga di antaranya mengenai Perang Puputan Badung yang terjadi 23 September 1906, atau 105 tahun yang silam.

"Trilogi Puputan Badung yang ditulis Manda, menceriterakan perang habis-habisan antara rakyat yang dipimpin rajanya melawan penjajah Belanda," kata Dr I Nyoman Darma Putra, dosen Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Udayana di Denpasar, Rabu.

Ia mengatakan, trilogi novel tersebut terdiri atas "Biyar Biyur ring Pesisi Sanur" (Ribut-ribut di Pantai Sanur), "Kulkul Bulus" (Kentongan Bertalu-talu), dan "Tyaga Wani Mati" (Siaga berani mati).

Read More..

Prosa Kebun

Ketut Yuliarsa Sastrawan


Biji
tergelintir di bawah pohon rindang entah di mana,
menunggu hujan, menggemburkan tanah, agar akar baru
bisa menembus dan menggenggam bumi.

Kapan musim kemarau kan berakhir? tak ada pikiran begitu.
Barangkali akan lama tumbuh daun kecil

Read More..

Rumah Sakit Jiwa

Sthiraprana Duarsa


Ketika pemabuk itu memukul dirinya dekat perigi
Kegaduhanpun muncul dari sunyi yang peram
Sungguh terasa asing
Angin terlalu keras bertiup
Hingga kutaktahu di mana bayangku tersangkut
Seekor tikus tanah memanjangkan dirinya dalam lubang persembunyian

Read More..

Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu*

Lilik Mulyadi


Mimpi indah Dewi Sukesi
Ingin mengurai sastra jendra
hayuningrat pangruwating diyu
Saat menuai rahasia samudra cinta
Duhai Begawan Wisrawa
Tak kuasa menolak lirikan Dewi Sukesi

Read More..

Aku dalam Suara

Ida Bagus Putera Manuaba


I
Aku dalam suara
Tak berupa tak berujud
Kulihat lukisanku
Tak berdinding tak berbingkai
Sketsa alam tenggelam di balik tumpukan mode pakaian
Aku tinggalkan lukisan purba bertuah

Read More..

Syair Kebimbangan

Ida Bagus Putera Manuaba

Adakah kebimbangan jadi wabah kehidupan
(seperti daun hijau yang nampak rapuh,
dalam kesungguhan)
kini, kebimbangan jadi tali pemutus
menepak janji janji yang terlontar,

Read More..

Sesaat di Pinggiran

Ida Bagus Putera Manuaba

Kelembaban jiwamu tiada mengering
Walau tak jua jerit kericuhan,
Datang mengepak khayalku
Di tepimu yang tak berbisik

Read More..

Apa Arti Kemenangan Ini?

Oleh Nyoman Sukaya Sukawati


Dan pada hari kedelapan belas, perang di Kurukshetra itu pun usai. Kurawa kalah. Duryodana dan saudara-saudaranya tumpas seperti daun-daun kering dimakan api. Medan perang kini hanya menyisakan langit membisu tanpa gema nafiri atau teriakan para ksatria. Segalanya berubah senyap, tenggelam dalam bau kematian yang membentang luas. Memang Pandawa yang memenangi perang itu dan menguasai istana, namun toh itu tak urung membuat Yudistira berguncang: “Selain mendatangkan kehancuran dan kebinasaan, lalu apa arti kemenangan ini akhirnya?”

Read More..