Powered by Blogger.

Lautan Mendekam

>> Saturday, January 12, 2008

I Made Suantha


Lautan mendekam
delta muara yang mengental di perih krang
di atasnya bulan terpendah
meneriakkan kawanan kuda mengembalikan musim
ke warna tanah semula


cuaca memutar di antara
keterdiaman yang bergulir
ke lingkaran pucat


tegak langit di bathinku
menuntun arus menyusup ke dalam sumsum
dan pohon-pohon mati menggugurkan gerak
bersimbah di bawah denyar pelarian
Sementara api masuk
menikam tebing hitam atau tanah
menohok bunga lain
hingga tenggelam dalam tubuhku

Selebihnya kudengar halaumu menyingkap
arung jukungku; seperti tangan hampa
menyimpan gelegak diri. Selalu
Nakhoda mengental dengan
gelora samudra




1987 – 1988

Read More..

Sanur: Tembang Tanah Kelahiran

I Made Suantha


Merapat. Menyimak daun tak berwarna
Hatiku didera
Mengelana kemana. Cakrawala
Menyingkap musim angin dan
Jukung berdiam di anjung
Tanah mana? Daratan terkadang menyentuh
memeras rasa madu
dari puting pribumi
Anak-anak burung terbang dari celah hutan
menembus pusat kabut dan
kening senyap


Danau dari air mata
liar memacu kisaran debar
kerna di batas sendu : Embun lepas
mengecup lubang ke lubang dalam gairah nenek moyang
Aku mengusung segumpal usus dan
patung-patungku yang membentuk nyala api
mendera bintang-bintang
yang mengalir dalam benda lain
Dan menyihir koral dari deras hujan yang tertahan
Atau menahan keterlibatan air
Jukung berseberangan
menanam debur demi debur
Anak-anak burung melepas dan saling masuk
bagai layar berkebar
membenamkan masing-masing kecukaan tubuh
dan desis angin
di sini ombak bergantian
memeluk kawasan dermaga

Pasir landai, hitam pekat menipiskan ngiang buih
Bayangan sederhana
kerna di batas sendu : asap mengudara mengukur
keluasan angkasa
di sini aku tetap mengusung!


1987 – 1988

Read More..

Tanah

-Sanur menjelang malam

I Made Suantha


nafasku belum rampung
menyimpul benda langit dengan kesenduan
masing-masing. Dalam raga
kabut mengulur peringai yang sayup-sayup menempa
Batas mana
meluapkan letih

ke dalam bulan lain yang berlalu
Cemas daunan selalu menguning
dari kehijauan semula
Cakrawala membias
bianglala dari titian yang bertahun meramu mauku
semenjak ricik air menangkap
panas karang
Anak ikan menanam pedih pusara
oleh warna batuan
Lubuk hati
Kampung halaman
mencipta percakapan
juga perkelahian yang gegap

1986 – 1988

Read More..

Tembang Malam Ketika Mengingat Tanah Kelahiran

I Made Suantha


cahaya bulan di atas ombak
menyeret jukung hayat ke tengah waktu
sedang gelombang mempelam atmaku dengan nanah
begitu malam bangkit dari bentuk yang retak
gerimis dari getah pohon terpendah
dan camar yang mengepakkan sayap rohani
lebur ke cairan semesta


– alirkan aku air buritan

sebelum upacara keteguhan menaiki tubuh ini
membentangkan lukuan hati nurani
tapi tak kusadari badanku meneteskan embun
dan lenguh saraf
ke bongkah malam, dimana langit lepas
dari bauan pohon
menayang gerhana
dan separuh hidupku

lalu burung-burung dari cakrawala sekian kali berpapasan
tak lelah mengusung air mata moyang
dimana layar mengekalkan

malam dari panas tanah
bersama darah
luruh
sampai angin terperah
Nek, jadikan indryaku rusuk paling kekal

1986 – 1987

Read More..

Jukung: Nyanyian Laut Dalam Diri

I Made Suantha


jukung di tubuhku berlayar dan berlabuh
takletih melepas muara ke batas hidupku
kerna sungai takhenti mencampur air tawar
dengan rasa laut
dan ombak setia menepiskan buih
pada pasir
hingga bintang acap kali menumpahkan rasa
dengan tiga warna luka

ke pusat darah
ke liat denyut
hingga kemana
berhambur dengan limbah
kesetiaan


dan cakrawala mengelupaskan gerhana
dari uban jaman
menyurung ladang batuku,
sloka jiwaku
sampai tanah membasuhku dengan air bunga bunga

jukung
disini penyerahanku kan berakhir dengan kemenangan
ramuku dengan liur kehidupan

dengan air keteguhan

agar gejolak di genggaman

menyimpan panas bumi

1986

Read More..